Blogroll

Sabtu, 19 September 2015

PENDEKATAN GEOGRAFI

1.      Pendekatan Keruangan

Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial proces) (Yunus, 1997). Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen pembentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
§  What? Struktur ruang apa itu?
§  Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
§  When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk seperti itu?
§  Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
§  How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
§  Who suffers what dan who benefits what? Bagaimana struktur?
Salah satu contoh pendekatan keruangan adalah pada musim hujan Jakarta banjir, karena tidak ada sejengkal tanahpun yang dapat untuk peresapan air, lahan untuk pemukiman, kantor dan jalan. Selain itu penduduknya membuang sampah di saluran air.
Contoh lainnya adalah masalah kekurangan air bersih di Desa Ngara. Sumber masalah tersebut dapat diketahui dengan mengkaji fenomena geosfer di Desa Ngara, misalnya: curah hujan rendah, jenis tanahnya kapur, vegetasinya jarang atau gundul, air daerah tersebut mengandung kadar garam tinggi dan lain-lain. Jika sumber masalah dapat diketahui, maka dapat dicari solusi yang tepat, misalnya: untuk mengurang kadar garam dapat diterapkan permurnian air (osmosis terbalik atau penyulingan).

2.      Pendekatan Kelingkungan

Lingkungan sebagai semua keadaan yang mengelilingi manusia di setiap tempat di permukaan bumi. Keterkaitan antara manusia dengan lingkungan mempunyai kaitan dengan dua arah. Manusia mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya lingkungan mempengaruhi kehidupan manusia.
Pendekatan kelingkungan menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu fenomena yang mempunyai keterkaitan antara aspek fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
Kemiskinan sebagai salah satu masalah sosial, terkait dengan aspek fisik suatu ruang dimana masalah tersebut berada.  Banjir sebagai salah satu masalah fisik terkait dengan aspek manusia dalam ruang. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa tinjauan terhadap suatu masalah dalam rangka mencari alternatif pemecahan harus memperhatikan aspek fisik dan aspek manusia dalam suatu ruang dimana masalah tersebut berada.
            Contoh: Daerah jakarta banjir disebabkan oleh aktivitas manusia yang sering membuang sampah di sungai dan banyaknya bangunan.
Contoh lainnya adalah masalah rendahnya kualitas udara (banyak asap) di Kota Jogja. Penyebab rendahnya kualitas udara Kota Jogja dapat diketahui dengan menganalisis interaksi manusia dengan lingkungan sekitar, misalnya: Masyarakat Kota Jogja banyak menggunaan kendaraan bermotor, membakar sampah sembarangan, merokok, dan lain-lain. Sebagai salah satu solusi untuk mengatasi rendahnya kualitas udara Kota Jogja akibat banyaknya kendaraan bermotor dapat dilakukan dengan menambah angkutan umum yang lebih ramah lingkungan (menggunakan BBG) dan penghijauan.

3.      Pendekatan Kompleks Wilayah

Pendekatan kompleks wilayah membandingkan berbagai kawasan di muka bumi dengan memperhatikan aspek-aspek keruangan dan lingkungan dari masing-masing wilayah secara komprehensif. Analisis geografi dalam pendekatan kompleks wilayah mempelajari fenomena atau kejadian berdasarkan hubungan aspek-aspek suatu wilayah tertentu yang berkaitan dengan wilayah lainnya. Artinya, permasalahan yang dikaji dalam pendekatan kompleks wilayah adalah permasalahan keruangan kompleks antar wilayah yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya pada satu ruang wilayah tertentu.
Fenomena geosfer yang terjadi di setiap wilayah berbeda-beda, sehingga perbedaan ini membentuk karakteristik wilayah. Perbedaan ini dapat menyebabkan interaksi antar wilayah. Terkadang interaksi tersebut dapat menimbulkan masalah yang tidak bisa dicari solusi yang tepat dengan mengkaji hanya satu daerah saja tanpa melibatkan daerah sekitarnya (daerah lain yang turut mempengaruhi daerah tersebut). Oleh karena itu, pendekatan kewilayahan lebih tepat untuk diterapkan mengatasi masalah tersebut.
Pendekatan kompleks wilayah adalah  upaya dalam mengkaji masalah atau fenomena geosfer yang terjadi di suatu daerah dengan menggabungkan pendekatan keruangan dan pendekatan kelingkungan dengan melibatkan daerah  di sekitarnya.
Contohnya, untuk mengatasi banjir di Jakarta, Pemda DKI bekerjasama dengan Pemda daerah sekitarnya (Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) untuk memperbaiki DAS dan menggalakkan penghijauan. 
Contoh lainnya adalah rendahnya kualitas Air Sungai Sanga (kandungan logam berat melebihi standar kesehatan, misalnya: merkuri) di Desa Ria. Penerapan Pendekatan Kewilayahan dapat diterapkan untuk kasus ini. Karena Desa Ria Terletak pada bagian hilir sungai serta tidak ada fenomena geosfer atau aktivitas manusia yang mengarah terhadap peningkatan kadar Merkuri dalam air sungai maka sumber masalah berasal dari dari daerah lain, misalnya di bagian Hulu Sungai Sanga (Desa Ngala). Maka di Desa Ngala dikaji fenomena geosfer dan aktivitas manusia. Hasilnya diketahui, bahwa: di Desa Ngala terdapat aktivitas penambangan emas tradisional yang tidak ramah lingkungan dengan menggunakan raksa sebagai upaya pemurnian emas. Limbah dari hasil permurnian langsung dibuang ke sungai tanpa pengolahan lebih lanjut. Akibatnya air sungai yang tercemar limbah raksa (merkuri) mengalir melewati Desa Ria.

Sumber : Bahan Ajar Pendekatan Geografi  dari PPG SM-3T Geografi  Universitas Negeri Malang tahun 2015

0 komentar:

Posting Komentar