LAMPIRAN 1.
MATERI
TEKTONISME
A.
PENGERTIAN
TEKTONISME
Tektonisme
merupakan tenaga dari dalam bumi yang menyebabkan terjadinya perubahan letak
muka bumi secara mendatar atau vertikal, baik yang mengakibatkan putusnya
hubungan batuan maupun tidak. Tektonisme akan mengubah bentuk muka bumi menjadi
naik atau turun.
B. GERAK EPIROGENESA DAN OROGENESA
Gerak
tektonisme dibedakan menjadi 2 yaitu gerak epirogenesa dan gerak orogenesa
1.
Gerak Epirogenesa
Suatu proses
perubahan bentuk daratan yang disebabkan oleh tenaga yang lambat dari dalam
dengan arah vertikal, baik ke atas maupun ke bawah meliputi wilayah yang luas.
Gerakan tektonis epirogenesa ada 2 macam, yaitu epirogenesa positif dan epirogenesa
negatif.
1. Epirogenesa positif
Merupakan
gerak turunnya daratan sehingga terlihat seakan permukaan air laut naik, akibat
adanya sedimen yang tebal. Contoh: Turunnya pulau-pulau di Indonesia bagian
timur (Kep. Maluku dari barat daya sampai P. Banda).
Gambar 1. Epirogenesa
positif
2.
Epirogenesa
negatif
Merupakan
gerak naiknya daratan sehingga terlihat seakan permukaan air laut turun, misal
mencairnya lapisan es. Contoh: Naiknya Pulau Timor dan Pulau Buton
Naiknya Dataran Tinggi Colorado di Amerika Serikat.
Gambar 2. Epirogenesa
negatif
2.
Gerak Orogenesa
Merupakan suatu pergerakan lempeng
tektonis yang sangat cepat meliputi wilayah yang sempit. Merupakan proses
pembentukan gunuung akibat tabrakan lempeng benua, sesar bawah benua, perekahan
kontinen, atau pergeseran punggung samudra dengan benua.
1.
Lipatan
(Fault)
Merupakan bentukan permukaan bumi yang terjadi
karena tekanan yang lemah, tetapi berlangsung secara terus menerus. Puncak
lipatan disebut antiklinal dan lembah lipatan disebut sinklinal.
Gambar 3. Lipatan di daerah
pasifik
Berdasarkan ketegakan posisi sumbu dan bentuk pelipatannya,
lipatan dibedakan menjadi:
a.
Lipatan
tegak (Symmetric Folds)
Lipatan tegak adalah lipatan yang dihasilkan dari kekuatan yang sama yang mendorong dua sisi dengan seimbang.
Lipatan tegak adalah lipatan yang dihasilkan dari kekuatan yang sama yang mendorong dua sisi dengan seimbang.
Gambar 4.
Lipatan tegak
b.
Lipatan
Miring (Asymmetric Folds)
Lipatan miring adalah lipatan yang dihasilkan ketika kekuatan tenaga pendorong di salah satu sisinya lebih kuat, sehingga akan menghasilkan kenampakan salah satu sisinya lebih curam.
Lipatan miring adalah lipatan yang dihasilkan ketika kekuatan tenaga pendorong di salah satu sisinya lebih kuat, sehingga akan menghasilkan kenampakan salah satu sisinya lebih curam.
Gambar 5. Lipatan
miring
c.
Lipatan
Rebah (Overturned Folds)
Lipatan rebah adalah lipatan yang arah lipatannya mendatar. Lipatan ini terjadi karena arah tenaga horizontal hanya dari satu arah.
Lipatan rebah adalah lipatan yang arah lipatannya mendatar. Lipatan ini terjadi karena arah tenaga horizontal hanya dari satu arah.
Gambar 6. Lipatan
rebah
d.
Lipatan
Menutup (Recumbent Folds)
Lipatan menutup adalah lipatan yang terbentuk pada saat lipatan yang satu menekan sisi yang lain dan menyebabkan sumbu lipat hampir datar.
Lipatan menutup adalah lipatan yang terbentuk pada saat lipatan yang satu menekan sisi yang lain dan menyebabkan sumbu lipat hampir datar.
Gambar 7. Lipatan
menutup
e.
Lipatan
Sesar Sungkup (Overthrust)
Lipatan sesar sungkup adalah lipatan yang terbentuk ketika tenaga tekan menekan satu sisi dengan kuat sehingga menyebabkan lipatan menjadi retak.
Lipatan sesar sungkup adalah lipatan yang terbentuk ketika tenaga tekan menekan satu sisi dengan kuat sehingga menyebabkan lipatan menjadi retak.
Gambar 8. Lipatan
sesar sungkup
f. Nappe
Terbentuk setelah lipatan overthrust rusak
sepanjang garis retakan.
Gambar
9. Nappe
2.
Lengkungan
Lengkungan merupakan bentukan lahan
karena gerak vertikal yang tidak merata pada suatu daerah, khususnya yang
berbatuan sedimen akan menghasilkan perubahan struktur lapisan yang mulanya
horisontal menjadi melengkung. Jika melengkung
ke atas menjadi kubah (dome),
jika ke bawah menjadi cekungan (basin).
Gambar
11.
Blacksand basin
3.
Patahan
Patahan
terjadi ketika kulit bumi yang bersifat padat dan keras mengalami retak atau
patah pada saat terjadi gerakan orogenesa. Pada patahan, massa batuan mengalami
pergeseran titik atau tempat yang semula bertampalan (kontak) kemudian
berpindah lokasi (dislocated/displaced). Gerakan ini menimbulkan
terjadinya patahan dengan gaya tekan (compression) dan gaya regangan (tension).
Ciri adanya patahan dapat dikenali dari adanya perbedaan ketinggian yang
mencolok.
Tipe-tipe
dasar patahan:
a. Normal Fault
Merupakan
patahan yang memungkinkan satu blok (footwall) lapisan batuan bergerak dengan
arah relatif naik terhadap blok lainnya (hanging wall). Ciri dari patahan ini
adalah sudut kemiringan besar hingga mendekati 90 derajat.
Gambar
12. Normal
Fault
b. Reserve Fault
Merupakan
patahan dengan arah footwall yang relatif turun dibanding hanging wall. Ciri
dari patahan ini adalah sudut kemiringan yang relatif kecil yaitu kurang dari
45 derajat.
Gambar
13. Reserve
Fault
c. Strike Fault
Merupakan
patahan yang arahnya relatif mendatar ke kiri atau ke kanan. Arah patahan
mendatar ini tidak sepenuhnya seluruh lapisan batuan bergerak dengan arah
mendatar namun sebagian ada yang bergerak dengan arah vertikal. Bila
gerakan patahan ke kanan di sebut sesar geser sinistrial dan bila ke kiri
dinamakan sesar geser dekstral.
Gambar 14. Strike
Fault
4.
Retakan
Retakan merupakan bentukan lahan yang terjadi
karena pengaruh gaya regangan, sehingga batuan mengalami retak-retak namun
masih bersambung. Biasanya ditemukan pada batuan rapuh di daerah puncak
antiklinal dan dikenal dengan nama tectonic
joint. Berdasarkan cara pembentukannya, ada dua macam retakan, sebagai
berikut:
a. Retakan
yang disebabkan tekanan
b. Retakan
yang disebabkan tarikan
Gambar
7.
Volcanic neck
C. DAMPAK TEKTONISME BAGI KEHIDUPAN
1.
Dampak
Positif
·
Proses vulkanisme pada gunung api di
Indonesia bermanfaat bagi lahan pertanian, karena abu vulkanik akibat letusan gunung
api membuat tanah menjadi subur.
·
Gunung api merupakan penghasil bahan
galian tambang seperti emas, intan, timah, serta bahan bangunan yang lainnya.
·
Bentuk hasil tenaga endogen dapat dijadikan
wisata alam yang sangat menarik.
2. Dampak Negatif
·
Lereng-lereng yang terbentuk karena
tenaga endogen ada yang terjal dan landai, yang tidak baik dijadikan daerah
pertanian
·
Daerah-daerah pegunungan yang terjal
juga tidak baik dijadikan daerah pemukiman karena rentan terjadinya tanah
longsor sehingga dapat menimbulkan kerugian, baik materil maupun korban jiwa.
·
Proses alam endogen dapat menimbulkan
gempa bumi dan letusan gunung api. Gempa bumi dan letusan gunung api dapat
menelan korban jiwa manusia, membahayakan kesehatan masyarakat, serta
menimbulkan kerugian material bagi penduduk setempat.
·
Pergeseran kerak bumi mendorong
terbentuknya berbagai jenis pegunungan dan cekungan sedimen. Lebih lanjut
terjadinya tekanan, regangan, dan deformasi pada kerak Bumi (pengangkatan,
amblesan, retakan, patahan, serta lipatan) didukung dengan adanya gaya
gravitasi Bumi akan menimbulkan terjadinya erosi, longsoran, dan sedimentasi.
Dari proses yang terjadi ini dapat menimbulkan bencana alam yang mengakibatkan
kerugian materiil, harta benda, dan nyawa.
0 komentar:
Posting Komentar